Dollar $ Jebol Rp 14 Ribu Ancam Nasib Perbankan

Dollar $ Jebol Rp 14 Ribu Ancam Nasib Perbankan
Dollar $ Jebol Rp 14 Ribu Ancam Nasib Perbankan
Dollar Jebol Rp 14 ribu


Laju pergerakan nilai tukar mata rupiah terhadap dolar Amerika Serikat semakin mengkhawatirkan. Kalangan perbankan dan industri keuangan nonbank, akan dilanda kecemasan. Apalagi, kalau kurs rupiah tembus Rp16 ribu per dolar AS.

Presiden Direktur Center of Banking Crisis (CBC) Achmad Deni Daruri, dalam keterangan tertulisnya, Selasa 25 Agustus 2015, mengatakan bila kurs rupiah sampai ke level Rp16 ribu per dolar AS, pemerintah akan menghadapi masa-masa sulit.

"Ada beberapa hal yang bisa terjadi. Perbankan, atau industri nonbank terancam bangkrut," kata Deni.

Berdasarkan simulasi stress test (uji ketahanan) yang dilakukan CBC, kata Deni, hasilnya cukup mengejutkan. Apabila nilai tukar rupiah tembus sampai Rp15 ribu per dolar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan merosot 20 persen, perusahaan asuransi bakal gulung tikar.

"Tetapi, mohon maaf saya tidak bisa sampaikan namanya," kata Deni tanpa menyebutkan nama asuransi tersebut.

Hanya saja, menurutnya, asuransi yang terancam itu, sebagian besar sahamnya dimiliki bank pelat merah.

Apabila rupiah terus melemah sampai menembus Rp16 ribu per dolar AS, kata Deni, hasil stress tes menyebut, adanya tiga bank kelas menengah terancam kolaps.

"Tetapi, semuanya bisa diatasi. Dalam hal ini, pemerintah harus gerak cepat. Solusi jangka pendek adalah segera buat protokol krisis yang jelas dan tegas," kata Deni.

Pemerintah juga harus menunjukkan kewibawaannya dengan tegas. Jangan seperti saat ini, kepercayaan terhadap pemerintah lemah.

"Kalau sekarang ini, rupiah sangat fragile, atau rentan karena bangsa ini mempunyai daya saing yang lemah hampir di semua sektor. Ini harus diperkuat. Bagaimana caranya? Saya kira, banyak langkah yang bisa ditempuh," ujarnya.

Deni menyayangkan banyak kebijakan Bank Indonesia yang tidak terarah dan tidak terukur dalam mengatasi melemahnya rupiah. Sehingga, menjadi semakin lemah.

"Bahkan, saat ini pasar tidak ada direction (arahan) dari BI. Eggak ada firm statement dari gubernur Bank Indonesia, seperti Zeti, Gubernur Bank Malaysia kan firm (tegas) dan jelas apa yang dia mau lakukan," tutur Deni.

BI menurut dia, harus tegas, terutama untuk meyakini para ibu rumah tangga dan perusahaan kecil. “Kita bergantung kepada BI untuk mendorong perekonomian. Kalau Fed melakukan QE (quantitative easing) untuk mendorong ekonomi, karena memang Fed yang punya resources. Termasuk cetak uang. Pertanyaannya, sekarang BI lakukan apa sekarang?” tanya Deni.

Sumber viva

Comments

Popular Posts